Kenalilah dirimu maka kamu akan mengenal Tuhanmu" wallahualam bishowab ^,^ Diposting oleh Unknown di 01.26 Tidak ada komentar: Kenali dirimu bila engkau ingin mengenal Tuhanmu, kenali diri itu makna bimbingan atas jiwa dan hati. Diposting oleh Unknown di 09.35 Tidak ada komentar:
Prielien8190kenali dirimu sendiri maka kamu akan mengenali tuhanmu #orang orang MUNAFIK
Gerejaatau Jemaat akan terdiri dari orang-orang yang "menjadi murid TUHAN" , sebagaimana dinyatakan ulang dalam Yohanes 6:45. Puncak kebebasan dari ketakutan dan kengerian menunjuk kepada keadaan Kerajaan Seribu Tahun. Tetapi, antara Kalvari sampai Perang Harmagedon, musuh-musuh Gereja akan mundur dalam kekalahan mutlak.
cash. Assalamu Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh. Pak ustadz, saya mau tanya apakah perkataan "kenalilah dirimu, baru kamu mengenal Tuhanmu" adalah hadits Nabi? Mohon untuk di jelaskan maknanya ?dari 081649041xxxJawaban Wa Alaikum salam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal Hamdulillah wash shalatu was Salamu Ala Rasulillah wa Ala Aalihi wa Ashhabihi wa man waalah, wa ba’dKalimat tersebut sering disampaikan oleh para muballigh, namun sayangnya –sebagaimana banyak pada ungkapan lainnya- mereka hanya mau mengutip dan menyampaikan, tanpa mau bersusah payah meneliti itu berbunyiمن عرف نفسه فقد عرف ربه“Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.” Ungkapan ini terdapat dalam beberapa kitab, di antaranya Kimiya As Sa’adah karya Imam Al Ghazali hal. 1. Mauqi’ Al Warraq. Namun, sayangnya beliau –Rahimahullah- telah menggunakan kalimat “Rasulullah bersabda” terhadap hadits ini. Selain itu juga terdapat dalam Hilyatul Auliya’ karya Imam Abu Nu’aim. 4/350. Mauqi’ Al Warraq dan ternyata itu adalah ucapan Imam Sahl bin Abdullah At Tastari, seorang ulama sufi yang dipuji oleh Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim terdapat dalam Al Futuhat Al Makkiyah karya Abu Thalib Al Makki. 5/462. Mauqi’ Al WarraqPara Imam Muhaqqiqin peneliti mengatakan bahwa ungkapan ini bukanlah ucapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Imam As Sakhawi, mengutip dari Abu Al Muzhaffar As Sam’ani yang mengatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya ucapan seperti ini yang marfu’ sampai kepada Rasulullah, dan diceritakan bahwa ini adalah ucapan Yahya bin Muadz Ar Razi Radhiallahu Anhu. Sedangkan Imam An Nawawi mengatakan bahwa ucapan ini tidaklah tsabit kokoh dari Rasulullah. Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 220. Imam As Suyuthi, Ad Durar Muntatsirah, Hal. 18 Sedangkan Imam Ash Shaghani dengan tegas memasukkannya dalam deretan hadits palsu. Imam Ash Shaghani, Al Maudhu’at, hal 2. Begitu pula Imam Ibnu Taimiyah menegaskan kepalsuan hadits ini. Imam Al Ajluni, Kasyf Al Khafa’, 2/262/2532. Mauqi’ Ya’subSedangkan Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini tidak ada asalnya. As Silsilah Adh Dhaifah, 1/165/66 beliau mengutip perkataan Al Allamah Fairuzzabadi –pengarang Qamus Al Muhith- sebagai berikutليس من الأحاديث النبوية ، على أن أكثر الناس يجعلونه حديثا عن النبي صلى الله عليه وسلم ، و لا يصح أصلا، و إنما يروي في الإسرائيليات " يا إنسان اعرف نفسك تعرف ربك " . “Ini bukanlah hadits nabi, hanya saja banyak manusia menjadikan ucapan ini dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan ini pada dasarnya tidak benar. Ini hanyalah diriwayatkan dalam ucapan Israiliyat pengaruh ajaran Yahudi Wahai manusia kenalilah dirimu niscaya kau akan kenal Tuhanmu.” Ibid Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengomentari ungkapan ini, katanyaوَبَعْضُ النَّاسِ يَرْوِي هَذَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَيْسَ هَذَا مِنْ كَلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا هُوَ فِي شَيْءٍ مِنْ كُتُبِ الْحَدِيثِ وَلَا يُعْرَفُ لَهُ إسْنَادٌ . وَلَكِنْ يُرْوَى فِي بَعْضِ الْكُتُبِ الْمُتَقَدِّمَةِ إنْ صَحَّ " يَا إنْسَانُ اعْرَفْ نَفْسَك تَعْرِفْ رَبَّك " “Sebagian manusia ada yang meriwayatkan ini dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, padahal ini bukanlah ucapan Nabi, dan tidaklah sama sekali tercantum dalam kitab-kitab hadits, dan tidak diketahui sanadnya. Tetapi, jika benar, ucapan ini diriwayatkan dalam kitab-kitab terdahulu, “Wahai manusia kenalilah dirimu niscaya kau akan kenal Tuhanmu.” Majmu’ Fatawa, 16/349. Cet. 3, 2005M-1426H. Darul Wafa’. Tahqiq Anwar Al Baz – Amir Al Jazaar Demikian status perkataan tersebut, yang jelas-jelas bukan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Catatan Ungkapan ini walau tidak benar disandarkan sebagai ucapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun memang memiliki nilai kebaikan. Maka, lebih bagus dikategorikan ini merupakan ucapan hikmah saja. Sebab mengenal diri sendiri, lalu mentafakkurinya diakui bisa menjadi sarana untuk semakin berma’rifah kepadaNya. Sebab diri manusia termasuk salah satu tanda-tanda kekuasaanNya, yang mesti ditafakkuri, sebagaimana ciptaan Allah Ta’ala lainnya. Allah Ta’ala berfirman“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” QS. Ali Imran 3 190-191 Oleh karena itu, Imam Sufyan bin Uyainah Radhiallahu Anhu mengatakanليس يضر المدح من عرف نفسه.“Tidak ada masalah pujian terhadap orang yang mengenal dirinya.” Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 220 Mengenal diri sendiri akan membawa sikap positif bagi manusia. Dia akan dapat menempatkan dirinya dalam bersikap dan bertutur kata di tengah-tengah manusia. Sekian. Wallahu A’lam Farid Nu’man Hasan
Sebuah kalimat bijak mengatakan, “Man arofa nafsahu, faqod arofa robbahu.” Siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Ungkapan ini terlanjur dipercaya sebagian kalangan umat Islam sebagai perkataan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Namun, hal itu diluruskan oleh Ibnu Taimiyah dan Imam Nawawi. Dua ulama hadits ini menjelaskan bahwa kalimat itu bukan hadits Nabi. Melainkan, perkataan bijak dari seorang ulama. Siapa ulama yang mengatakan itu? Beliau adalah Yahya bin Muadz Ar-Razi. Seorang ulama yang tergolong ahli atau pakar dalam bidang sufi. Meskipun itu bukan hadits Nabi, kalimat bijak itu tetap mengandung kebaikan. Dan, masih sangat bermanfaat untuk diambil pelajaran. “Kenali dirimu, kau akan mengenal Tuhanmu.” Ungkapan ini memiliki dua makna berlawanan, tapi terikat dalam satu kesatuan. Yaitu tentang diri kita, dan tentang Allah subhanahu wata’ala. Siapakah kita? Pertanyaan sederhana ini menyimpan jawaban yang begitu berat. Karena manusia memiliki ego yang telah begitu lama menggiring manusia ke jalan yang sesat. Jalan yang tidak menemukan titik temu tentang siapa sebenarnya kita. Ego yang membuai manusia seolah ia makhluk super. Ego yang juga menghipnotis setiap diri bahwa dialah yang serba lebih dari manusia lainnya. Baik dalam skala individu maupun kelompok. Padahal, siapakah kita di banding makhluk Allah lainnya. Manusia itu sangat lemah. Bahkan saat ini sangat tidak berdaya dengan makhluk super kecil bernama virus covid. Semua yang ada pada diri manusia adalah cerminan dari berbagai kelemahan yang ada di alam ini. Lahir dari proses air yang hina, fisik yang lemah, kemampuan akal dan nalar yang sangat terbatas, makhluk yang lahir tanpa sehelai kain pun dan akan pergi tanpa membawa apa-apa. Jangankan untuk melawan guncangan gempa, kedahsyatan badai, dan air bah yang datang tiba-tiba; menahan buang air kecil saja tidak berdaya. Inilah kita. Makhluk yang terlahir dalam keadaan sangat lemah, dan akan menuai masa tua pun dalam keadaan yang kembali lemah. Itulah satu sisi dari kalimat man arofa nafsahu’. Sebuah kesadaran paling dalam bahwa diri ini sangat lemah. Dari situlah, kita akan menyadari sisi lain yang merupakan kebalikan dari yang pertama. Yaitu, faqod arofa robbahu’. Kalau diri ini sudah dikenali dengan berbagai kelemahannya, maka Allah subhanahu wata’ala adalah kebalikannya. Allahu Akbar. Laa haula walaa quwwata illa billah. Semakin manusia mengenal lebih dalam lagi hakikat dirinya yang sangat lemah dan bodoh, ia akan mengenal dan membutuhkan Tuhannya yang Maha Kuat, Maha Kaya, Maha Mengetahui, dan Maha segalanya. Kenali sekali lagi siapa diri kita, insya Allah, kita akan semakin mengenal Allah subhanahu wata’ala. [Mh]
Mungkin kita pernah mendengar sebuah ungkapan yang kira-kira kalimatnya seperti ini Barang siapa ingin mengetahui keberadaan Tuhan, maka kenali diri sendiri terlebih dahulu. Bila seseorang telah mampu mengenali dirinya sendiri, maka ia akan dengan mudah menemukan keberadaan Tuhan’. Bila dipahami dan renungi, ungkapan tersebut memang benar adanya. Ketika kita telah mampu menyelami ke kedalaman diri kita, mengetahui asal-mula kita misalnya, maka kita akan sampai kepada pemahaman bahwa segala sesuatu itu ada yang menciptakannya’. Kita tentu telah maklum bahwa sebuah rumah, tentu ada yang mendirikannya. Sebuah mobil, pasti ada yang merangkainya. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya kita dapat memahami bahwa para manusia, bumi dan langit seisinya, tentu ada yang menciptakannya. Dialah Allah, Sang Pencipta, yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam buku Kenali Dirimu, Kau Akan Kenal Tuhanmu’ karya Yusuf A. Rahman Safirah, 2014 dijelaskan jika kita tidak pernah mengetahui diri kita sendiri, bagaimana bisa mengetahui Allah Swt. Tentu saja mustahil. Hanya mereka yang selesai mengenali diri merekalah yang mengetahui Allah Swt. Sebagai hamba Tuhan, mestinya kita selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kita, misalnya dengan berupaya menaati segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Ketika seseorang berusaha untuk menjauhi segala larangan Allah Swt. dan menjalankan perintah-Nya, secara tidak langsung ia telah mengetahui siapa dirinya. Bagaimana mungkin orang yang tidak mengetahui hakikat dirinya akan bertakwa? Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah Swt. dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya halaman 59. Yusuf A. Rahman menjelaskan, takwa tidak hanya jalan menemukan hakikat diri, bukan hanya bekal keselamatan kehidupan akhirat, tetapi juga merupakan modal utama kehidupan dunia yang memberikan berkah di dunia maupun di akhirat. Sehingga, ia harus nyata dalam segala gerak kehidupan. Bukan hanya tampak ketika dilihat oleh banyak teman, saat berada di tempat-tempat suci, dan waktu-waktu tertentu, tetapi harus senantiasa hadir di mana pun dan kapan pun kita berada. Terbitnya buku ini layak kita apresiasi dan dapat dijadikan sebagai salah satu bacaan penyemangat hidup dan pembangun jiwa. Selamat membaca.
kenali dirimu maka kamu akan mengenal tuhanmu