4materi khutbah jumat paling bagus akhir bulan dzulqa'dah daftar khutbah jumat pdf lengkap selama bulan ramadhan 2022, mulai minggu pertama hingga keempat 4 khutbah jumat bulan rajab bahasa jawa pdf terbaik lengkap dengan mukaddimah dan khutbah kedua 5 khutbah jumat tentang isra' mi'raj terbaik, singkat dan padat format pdf nu 3 khutbah jumat Redaksi Rabu, 8 Juni 2022, 21:48 1.219 views. Ilustrasi Berdoa. Materi khutbah jumat PDF terbaru bahasa Indonesia berikut ini mengangkat tema tentang 5 cara agar doa mustajab. Dalam artikel khutbah ini disajikan secara singkat padat dan jelas. Kita tahu bahwa semua orang pasti ingin doanya dikabulkan. Namun, banyak orang yang doanya tidak cash. السلام عليكم و رحمة الله و بركاتهبسم الله و الحمد للهاللهم صلى و سلم على سيدنا محمد و على أله و صحبه أجمعينKhutbah Jumat kali ini mengangkat tema tentang bulan Rabi’ul Akhir atau yang biasa juga disebut sebagai Rabi’uts Tsani. Melalui khutbah ini, para jamaah diingatkan dengan beberapa kejadian penting sejarah yang bisa diambil ibrah dan hikmahnya. Belajar dari sejarah menjadi penting untuk menjadi modal untuk terus bergerak mewujudkan kehidupan yang lebih maju. Dengan sejarah, kita bisa belajar dan mencontoh keberhasilan para pendahulu dan berusaha menghindari kegagalan yang telah dilakukan orang-orang sebelum khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Khutbah Jumat Belajar dari Peristiwa Penting di Bulan Rabiul Akhir.” Untuk mendownload naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon download berwarna merah di bawah artikel ini. Semoga bermanfaat! الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita umat Islam untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Dengan keimanan, kita akan menjadi umat yang kuat dalam memegang prinsip dan keyakinan akidah serta mampu menjadi umat Islam yang semakin kuat dalam menjalankan ketakwaan kita akan senantiasa berada pada jalur serta senantiasa taat pada aturan yang telah ditentukan dalam agama dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Iman dan takwa menjadi modal penting dalam meneguhkan keislaman sehingga kita tidak akan menghadap Allah swt kecuali dalam keadaan Islam. Allah menegaskan perintahnya dalam Al-Qur’an surat Al Imran ayat 102يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,Saat ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Akhir atau ada yang menyebutnya dengan Rabiuts Tsani. Bulan ini adalah bulan ke-4 dalam kalender Hijriah yakni setelah bulan Rabiul Awwal dan sebelum bulan Jumadil Ula. Para ulama menyebut bahwa yang pertama kali memberi nama bulan ini dengan sebutan Rabiul Akhir adalah buyut kelima Rasulullah saw bernama Kilab bin nama ini terkait dengan peristiwa alam yakni musim rabi atau musim semi yang terjadi di Jazirah Arab. Pada musim rabi’, tanaman dan rerumputan tumbuh subur dan pepohonan berbuah. Musim rabi’ ini sering berlangsung selama dua bulan sehingga muncullah dua nama bulan yakni Rabiul Awwal dan Rabiul Akhir. Jika Rabiul Awwal merupakan bulan yang identik dengan peristiwa lahirnya Nabi Muhammad saw, Rabiul Akhir juga memiliki beberapa peristiwa penting yang bisa diambil hikmahnya. Di antaranya adalah penurunan Surat al-Hasyr pengusiran yang disebabkan upaya pembunuhan kepada Rasulullah yang dilakukan oleh kaum Yahudi bani Nadir. Kaum ini adalah kaum yang pertama dikumpulkan dan diusir dari Madinah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 2هُوَ الَّذِيْٓ اَخْرَجَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِاَوَّلِ الْحَشْرِۗArtinya “Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang kufur di antara Ahlulkitab Yahudi Bani Nadir dari kampung halaman mereka pada saat pengusiran yang ahli tafsir menyebut bahwa pengusiran terhadap kaum Yahudi itu terjadi karena dua hal yakni kepemimpinan Rasulullah yang tegas dan keridaan Allah terhadap umat muslim. Peristiwa lainnya yang terjadi pada Rabiul Akhir selanjutnya adalah sejarah diutusnya Khalid ibn al-Walid oleh Rasulullah saw kepada Bani al-Harits ibn Kab pada tahun 10 Hijriah. Berkat perjuangan Khalid, Bani al-Harits ibn Kab masuk itu beberapa peperangan di zaman Nabi juga pernah terjadi pada bulan ini. Di antaranya adalah perang Dzat ar-Riqa pada tahun ke-4 Hijriah, perang al-Ghabah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw pada tahun ke-6 Hijriah, dan perang al-Ghamr yang dipimpin oleh Ukasyah ibn Mihshan. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,Dari peristiwa yang terjadi di bulan Rabiul Akhir ini, mungkin kita bertanya-tanya, kenapa Nabi Muhammad sering melakukan peperangan?. Perlu diketahui, bahwa peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah bukan memulai perang. Namun peperangan yang dilakukan oleh Nabi adalah dalam rangka membela di Makkah, Allah swt malah memerintahkan Nabi untuk tidak melawan. Namun setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad dan pengikutnya diizinkan untuk berperang melawan orang-orang yang selama ini memerangi kaum Muslimin. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al Hajj ayat 39اُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقَاتَلُوْنَ بِاَنَّهُمْ ظُلِمُوْاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى نَصْرِهِمْ لَقَدِيْرٌ ۙArtinya “Diizinkan berperang kepada orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa membela mereka.”Selain untuk membela diri, terjadinya peperangan di zaman Nabi adalah untuk memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau bersekongkol mengganggu umat Islam meskipun sudah ada perjanjian atau kerja sama. Peperangan ini adalah untuk melakukan penertiban atau penghukuman agar perjanjian yang telah dilakukan tidak di zaman nabi juga terjadi guna menggagalkan rencana musuh yang mengancam keselamatan kaum muslim. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,Selain diizinkannya Nabi Muhammad berperang dalam rangka membela diri, Allah juga telah menurunkan firmanNya kepada Nabi Muhammad untuk menjadi pelindung semua golongan termasuk mereka yang berbeda agama. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 6وَاِنْ اَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ اسْتَجَارَكَ فَاَجِرْهُ حَتّٰى يَسْمَعَ كَلٰمَ اللّٰهِ ثُمَّ اَبْلِغْهُ مَأْمَنَهٗ ۗذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُوْنَArtinya ”Jika seseorang di antara orang-orang musyrik ada yang meminta pelindungan kepada engkau Nabi Muhammad, lindungilah dia supaya dapat mendengar firman Allah kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengetahui.”.Oleh karena itu, ma'asyiral muslimin rahimakumullah,Penting bagi kita untuk mempelajari sejarah-sejarah yang terjadi di bulan Rabiul Akhir sekaligus mengerti apa yang terjadi dan alasan mengapa peristiwa tersebut terjadi. Hal ini ditujukan agar kita tidak salah dalam memahami sejarah sekaligus kita bisa mengambil ibrah atau hikmah dari peristiwa-peristiwa bagi kita untuk melihat masa lalu sebagai bekal untuk menghadapi masa depan. Kesuksesan yang terjadi dalam sejarah perlu dicontoh dan diwujudkan dalam kehidupan saat ini, sementara kegagalan dalam sejarah harus menjadi pelajaran dan diusahakan dengan sekuat tenaga untuk tidak terulang kembali. Allah berfirman dalam Surat Al-Hasyr ayat 18يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”Rasulullah pun bersabdaمَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ . وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ . وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌArtinya “Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka." HR Al-Hakim. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,Semoga hadirnya bulan Rabiul Akhir ini menjadi momentum untuk terus belajar dari sejarah dan memehaminya dengan benar. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang sukses dalam mengarungi kehidupan ini dengan belajar dari sejarah. Aminبَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah IIالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ .اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُDownload Teks Khutbah Jumat Belajar dari Peristiwa Penting pada Rabiul Akhir Untuk mengunduh file diatas silakan klik dibawah iniDemikian informasi yang dapat kami sampaikan tentang "Khutbah Jumat Belajar dari Peristiwa Penting pada Rabiul Akhir ", semoga bermanfa'at. Naskah khutbah Jumat kali ini mengingatkan umat Islam untuk terus meningkatkan rasa syukur dengan melakukan 3 hal berikut. Karena sejatinya nikmat dan kurnia yang diterima selama ini demikian agung dan tidak terhingga. Karenanya, sudah seharusnya menunjukkan rasa syukur atas beragam anugerah tersebut dengan melakukan tindakan nyata. Tidak semata dalam ucapan, namun yang lebih dalam dan esensial. Teks khutbah dapat digandakan sekaligus dibagi kepada jamaah. Demikian itu sebagai salah satu cara agar kebaikan dapat terus tersebar dan memberikan manfaat kepada kalangan lain. Redaksi Khutbah I اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين أما بعد فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم Jamaah Jumat Rahimakumullah Waktu terus bergulir dan saat ini bulan Rabiul Awal atau maulid sudah berganti dengan Rabiul Akhir. Hal ini menandakan bahwa tidak ada yang berhenti dalam perjalanan alam raya ini. Semuanya terus berjalan sesuai ketentuan Allah SWT, termasuk usia kita. Karenanya, marilah tambahan umur ini kita syukuri dengan meningkatkan takwallah lewat menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Hadirin yang Berbahagia Allah SWT dalam surat Luqman, ayat 12, berfirman أَنِ اشْكُرْ للهِ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ Artinya Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ memerintahkan agar kita semua bersyukur kepada-Nya. Perintah ini tidak berarti bahwa Allah membutuhkan ungkapan syukur dari manusia. Tanpa manusia bersyukur kepada-Nya, Allah tetaplah Tuhan yang Maha Kaya, Terpuji dan Berkuasa atas seluruh alam ini. Perintah syukur itu sesungguhnya untuk kepentingan dan kebaikan manusia sendiri sebab Allah akan menambah nikmat-Nya kepada manusia apabila manusia bersyukur kepada-Nya sebagaimana ditegaskan dalam surat Ibrahim, ayat 7 لَئِنْ شَكَرْتُمْ لاَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ Artinya Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. Jika kita ingkar atas nikmat-nimat-Nya, maka Allah akan memberikan adzab yang pedih atau sanksi yang berat. Adzab dari Allah bisa berupa siksaan di neraka kelak. Bisa juga berupa guncangan mental yang membuat hidup di dunia ini tidak tenang. Tentunya dapat kita saksikan dan rasakan bagaimana orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Mereka mudah merasa iri atas nikmat yang diterima orang lain. Mengeluh dan merasa tak puas dengan apa yang telah ada seringkali menghinggapi mereka. Hal seperti ini sudah pasti membuat mereka hidup dalam ketidak tenteraman. Akibat selanjutnya mereka bisa mengalami stres berkepanjangan. Jamaah Jumat Rahimakumullah Bersyukur kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ sesungguhnya tidak cukup kalau hanya mengucapkan “alhamdulillah” saja sebab setidaknya ada tiga cara mengungkapkannya sebagai berikut Pertama adalah melalui aktivitas lisan. Dalam aktivitas lisan ini, ucapan “alhamdulillah” adalah hal minimal yang harus kita lakukan. Aktivitas lain adalah berkata yang baik-baik. Orang yang bersyukur kepada Allah akan selalu menjaga lisannya dari ucapan-ucapan yang tidak baik. Mereka akan selalu berhati-hati dan berusaha untuk tidak mengatakan sesuatu yang membuat orang lain tersakiti hatinya. Orang-orang yang bersyukur tidak berkeberatan untuk meminta maaf atas kesalahannya sendiri kepada orang lain sebagaimana mereka juga tidak berkeberatan memaafkan kesalahan orang lain. Kepada Allah SWT, mereka senantiasa bersegera memohon ampunan kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surat Ali Imran, ayat 133 وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ Artinya Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu. Memohon ampun, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia memang tidak perlu ditunda-tunda. Lebih cepat tentu lebih baik. Betapa banyak kerugian yang timbul akibat macetnya hubungan atau silaturahim antarsesama saudara, kawan dan relasi, gara-gara persoalan maaf-memaafkan belum terselesaikan. Kedua, melalui aktivitas hati Dalam aktivitas hati ini, bagaimana mengelola hati menjadi hal sangat penting. Aktivitas hati terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam bentuk perasaan senang, ikhlas dan rela dengan apa sudah yang ada. Orang-orang bersyukur tentu lebih mudah mencapai bahagia dalam hidupnya terlepas apakah mereka termasuk orang sukses atau belum sukses. Syukur tidak mensyaratkan sukses dalam hidup ini sebab kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada manusia takkan pernah bisa dihitung. Manusia takkan pernah mampu menghitung seluruh kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya. Allah dalam surat Ar-Rahman, ayat 13, bertanya kepada manusia فَبِأَيِّ آلاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ Artinya Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Ayat tersebut diulang berkali-kali dalam ayat-ayat berikutnya dalam surat yang sama, yakni surat Ar-Rahman. Pengulangan ini tentu bukan tanpa maksud. Allah menantang kepada manusia untuk jujur dalam membaca dang menghitung kenikmatan yang telah Dia berikan. Bagaimana kita bisa bernapas, melihat dan mendengar serta bagaimana kita bisa merasakan dengan panca indera kita? Dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu saja kita sudah tidak mampu menghitung berapa kenimatan yang terlibat di dalamnya. Maka barang siapa tidak bersyukur kepada Allah, sesungguhnya dia telah kufur atau mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang telah diterimanya dari Allah SWT. Hadirin Jumat yang Berbahagia Orang-orang yang bersyukur kepada Allah tentu memiliki jiwa yang ikhlas dalam melakukan dan menerima sesuatu. Orang-orang yang bersyukur tentu tidak suka berkeluh kesah atas kekurangan-kekurangan atau hal-hal tidak menyenangkannya. Orang-orang bersyukur tentu lebih sabar daripada mereka yang tidak bersyukur. Memang untuk bisa bersyukur kita perlu kesabaran. Untuk bersabar kita perlu keikhlasan. Dengan kata lain, syukur, sabar dan ikhlas sesungguhnya saling berkaitan. Maka dalam ilmu tasawuf, syukur adalah suatu maqam atau tingkatan yang sangat tinggi yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang telah berhasil mencapai kompetensi tinggi dalam hal spiritualitas. Dari sinilah kemudian muncul konsep kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini hanya bisa dicapai melalui latihan-latihan yang sering disebut dengan riyadhah. Hal ini berbeda dengan kecerdasan intelektual yang bisa diterima seseorang secara genetis tanpa melaui latihan-latihan tertentu. Ketiga, melalui aktivitas fisik Aktivitas fisik atau perbuatan nyata terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik melibatkan orang lain atau hanya melibatkan diri sendiri. Yang terkait dengan orang lain misalnya seperti berbagi rejeki, ilmu pengetahuan, kegembiraan dan sebagainya. Jamaah Jumat Rahimakumullah Dalam hidup bermasyarakat, kita sering menerima udangan syukuran. Ini adalah contoh syukuran dalam bentuk perbuatan nyata dimana yang punya hajat berbagi rejeki kepada para tamu dengan memberikan jamuan makan dan minum. Jamuan ini menjadi sedekah yang tentu saja bernilai pahala. Undangan-undangan semacam ini tentu memilki dasar yang kalau kita telusuri akan kita temukan dalam Al Qur’an, surat Adh-Dhuha, ayat 11 وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ Artinya Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. Perintah berbagi kenikmatan dengan orang lain dapat ditelusur salah satunya melalui ayat ini dengan maksud agar mereka juga ikut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Ini sering disebut dengan tahadduts binni’mah. Tentu saja tahadduts binni’mah ini baik. Hanya saja perlu diingatkan agar pelaksanaannya tidak berlebihan dan harus dilakukan dengan niat ikhlas. Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah tidak ada niat lain kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Niat-niat lain seperti keinginan untuk pamer atau riya’ atas apa yang telah dicapai sebagai keberhasilan harus benar-benar dihindari. Sebab riya’ merupakan akhlak yang tercela yang justru bisa menjauhkan kita dari Allah SWT. Jamaah Jumat Rahimakumullah Ungakapan syukur dalam bentuk perbuatan nyata dan hanya melibatkan diri sendiri bisa diwujudkan dalam bentuk meningkatkan intensitas beribadah. Hal ini biasa dilakukan Nabi Muhammad SAW secara istikamah dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun beliau sudah dijamin masuk surga, tetap rajin beribadah melebihi siapa pun di dunia ini hingga kedua kakinya bengkak. Semua ini dilakukan sebagai pengakuan dan ungkapan rasa syukur atas semua kenikamatan yang diterima dari Allah SWT. Sekali lagi, syukur memang sebuah tingkatan yang sangat tinggi di sisi Allah SWT. Allah menyukai orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada-Nya. Mudah-mudahan kita semua selalu diberi-Nya kemudahan untuk bersyukur kepada Allah SWT dan dicatat sebagai hamba-hamba-Nya yang bersyukur. Semoga pula kelak di akhirat kita semua akan dukumpulkan dengan para syakirin. Amin, amin ya rabbal alamin. جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Kita tengah berada di bulan Rabiul Akhir 1443 Hijriyah. Banyak peristiwa terjadi di bulan ini. Pandemi belum berakhir, di beberapa daerah terjadi banjir, yang semuanya membutuhkan kepedulian. Di sisi lain, ada hal yang miris. Yakni gaduhnya akun-akun yang menyuarakan pembubaran Majelis Ulama Indonesia MUI. Karenanya khutbah Jumat Rabiul Akhir 2021 ini mengambil tema Kasih Sayang Tanpa Kedengkian. Tema ini mengambil inspirasi dari Surat Al Hasyr ayat 10 yang turun pada bulan Rabiul Akhir 4 Hijriyah. Khutbah PertamaBukti Kasih Sayang Sesama MukminKasih Sayang Tanpa KedengkianKhutbah Kedua Khutbah Pertama إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, Kita sekarang berada di tanggal 13 bulan Rabiul Akhir 1443 Hijriyah, bertepatan dengan 19 November 2021. Di tengah pandemi yang masih belum berlalu, mari kita tingkatkan ketaqwaan kita. Karena taqwa adalah sebaik-baik bekal kita. Pada bulan yang sama, Jumadil Akhir 4 Hijriyah, pasca Perang Bani Nadhir, turun Surat Al Hasyr. Di antara ayat yang sangat relevan dengan kondisi kita hari-hari ini dan karenanya patut kita renungkan bersama adalah ayat 10 dari surat itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka Muhajirin dan Anshor, mereka berdoa “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. QS. Al Hasyr 10 Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menyebutkan ragam penafsiran mengenai siapa yang Allah maksud dengan walladziina jaa’uu min ba’dihim orang-orang yang datang sesudah mereka. Sebagian mufassirin berpendapat, mereka adalah tabi’in. Karena merekalah yang datang setelah generasi sahabat Muhajirin dan Anshar. Namun lebih banyak mufassirin yang berpendapat bahwa mereka adalah generasi sesudah sahabat secara umum. Baik tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan generasi sesudahnya. Karena itu, doa dalam ayat ini juga merupakan tuntunan doa untuk kita amalkan sebagai generasi yang datang sesudah generasi pertama. Bukti Kasih Sayang Sesama Mukmin Jamaah Jum’at rahimakumullah, Doa dalam Surat Al Hasyr ayat 10 ini menggambarkan hubungan persaudaraan sesama mukmin. Bahwa orang-orang yang beriman itu, mereka bersaudara dan karenanya saling mendoakan. إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. QS. Al Hujurat 10 Kata ikhwah إخوة adalah bentuk jamak dari kata akh أخ, yang artinya saudara. Kata ikhwah biasanya untuk persaudaraan sekandung, sedangkan kata ikhwan إخوان yang juga bentuk jamak dari kata akh, untuk persaudaraan yang tidak sekandung. Surat Al Hujurat Ayat 10 menggunakan kata ikhwah, memberikan isyarat bahwa persaudaraan kaum mukminin lebih kuat daripada ikatan darah saudara kandung. Karenanya, orang-orang yang beriman itu mendoakan pendahulunya, memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ … Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami…. QS. Al Hasyr 10 Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin yang datang kemudian dari generasi ke generasi diperintahkan untuk memohonkan ampunan bagi para generasi terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar.” Ketika menafsirkan ayat ini, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an mengatakan, “Inilah gambaran ketika yang bersih, memuaskan, dan menyadarkan. Ia menampakan ciri-ciri yang paling menonjol dari para tabiin sebagaimana ia juga menampakan karakter-karakter yang paling khusus dari umat Islam dalam segala tempat dan zaman.” “Orang-orang yang datang setelah Muhajirin dan Anshar belum belum muncul ketika ayat ini turun di Madinah. Namun mereka telah hadir dalam ilmu Allah dan dalam hakikat yang ada dalam ilmu yang mutlak dari batasan zaman dan tempat. Sifat-sifat jiwa mereka selalu mengarah kepada Tuhannya untuk memohon ampunan bagi dirinya sendiri dan orang-orang yang telah mendahului mereka dalam keimanan.” Kasih Sayang Tanpa Kedengkian Doa tersebut belum selesai. Setelah memohonkan ampunan untuk generasi pendahulu terutama para Sahabat Nabi, Surat Al Hasyr ayat 10 mengajarkan lanjutan doanya adalah memohon keselamatan dari ghill. وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ … dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. QS. Al Hasyr 10 Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa ghill adalah rasa dengki dan kebencian. Orang-orang mukmin, mereka tidak ingin hatinya ada dengki dan kebencian kepada sesama mukmin. Karenanya mereka berdoa kepada Allah agar tidak membiarkan ghill dalam hati mereka. “Mereka memohon agar hati mereka terbebas dari kebencian dan hasad kepada orang-orang yang beriman secara mutlak. Yaitu orang-orang yang memiliki hubungan iman dengan mereka. Bersama itu mereka merasakan kasih sayang Allah dan rahmat-Nya,” tulis Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Dalam ayat yang lain, Allah mensifati orang-orang mukmin itu saling lemah lembut kepada sesamanya. Tidak ada ghill, tidak ada dengki dan kebencian. مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka… QS. Al Fath 29 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir… QS. Al Maidah 54 Karenanya, di tengah pandemi yang belum selesai dan datangnya musibah banjir di beberapa daerah, seharusnya ayat ini menjadi panduan kita. Berangkat dari saling mencintai, kita wujudkan kepedulian dengan mendoakan dan membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan. Lalu, jangan sampai kita dengki kepada orang yang beriman. Terlebih para ulama. Karenanya, sungguh tidak pantas ketika ada orang yang menyuarakan pembubaran majelis ulama. Sebab dengki dan benci tidak pantas bercokol di hati. “Karena dengki adalah penyakit yang paling berbahaya dalam merusakkan iman itu sendiri dalam jiwa orang yang pendengki,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْاللَّهَ الْعَظِيْمِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ Khutbah Kedua الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, Setiap kita pasti berdosa. Karenanya, kita harus memperbanyak memohon ampunan-Nya. Doa dalam Surat Al Hasyr ayat 10 mengajarkan kita untuk memohon ampun atas dosa-dosa kita sekaligus memohonkan ampun untuk orang-orang mukmin sebelum kita. Doa itu juga mengajarkan kita untuk saling mencintai dengan sesama mukmin dan tidak mendengki mereka. Kita laksana satu tubuh, jika satu terkena musibah yang lain juga turut merasakan dan karenanya menunjukkan kepedulian. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur. HR. Bukhari dan Muslim Di akhir khutbah kedua ini marilah kita berdoa kepada Allah semoga Allah mengampuni kita atas segala dosa dan kesalahan. Juga memberkahi bangsa kita, menolong seluruh kaum muslimin. Dan menjadikan kita semua sebagai ahli surga. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ . رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ . رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

khutbah jumat bulan rabiul akhir